Jakarta – Prajurit TNI gugur lagi di Papua. Mereka diserang oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB), sebutan untuk separatis bersenjata di Papua.
Masih hangat berita empat prajurit gugur di Papua pada Sabtu (25/11/2023) lalu. Kepergian mereka menjadi duka mendalam di TNI.
Empat serdadu itu ditembak KKB di Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Mereka berasal dari Yonif 411/Pandawa (Pdw) Kostrad. Mereka telah mendapat kenaikan pangkat luar biasa (KPLB).
Keempat prajurit yang gugur ialah Kopda Anumerta Yipsan Ladou (asal Bawen Semarang), Kopda Anumerta Dwi Bekti Probo Sinimoko (asal Sambirejo Jiwan, Madiun), Praka Anumerta Miftahul Firdaus (asal Jaragan Wonosegoro, Boyolali), dan Pratu Anumerta Dermawan (asal Cicaheum Kiaracondong, Bandung).
“Kita semua turut berdukacita ya,” kata Panglima TNI Jendral Agus Subiyanto dalam keterangannya, Selasa (28/11) lalu.
Keempat prajurit itu gugur saat menjalankan misi pengejaran kelompok bersenjata itu. Kini, muncul lagi kabar duka dari Papua. Jumlah prajurit TNI yang gugur bertambah.
Bertambah Lagi Tentara Gugur
Dua prajurit TNI dari Satgas Yonif 411/Pandawa dilaporkan gugur setelah diserang kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Keduanya diduga diserang oleh KKB Kodap III Ndugama.
Berdasarkan data yang diterima gibahin.id, peristiwa tersebut terjadi di Distrik Paro, Nduga, pada Kamis (30/11), sekitar pukul 16.18 WIT. Dua prajurit yang gugur tersebut rencananya dievakuasi ke RSUD Mimika.
“Rencana info satuan begitu (prajurit gugur dievakuasi ke RSUD Mimika),” kata staf Humas RSUD Mimika Lukcy Makahena saat dimintai konfirmasi, seperti dilansir gibahin.id, Jumat (1/12).
gibahin.id meminta konfirmasi kepada Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen Izak Pangemanan terkait insiden tersebut. Namun Izak belum memberikan respons.
Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri mengimbau aparat agar tidak gegabah terkait penyerangan tersebut. Sebab, dia khawatir, apabila mengejar KKB justru akan berisiko.
“Saya minta begitu juga Pangdam kira-kira sama. Kita tidak perlu kejar karena itu sangat berisiko bagi nyawa,” kata Irjen Mathius kepada wartawan di Mapolda Papua, Kota Jayapura.