Kisah Mali, Gajah Paling Menyedihkan di Dunia Mati

Manila – Gajah yang dijuluki paling menyedihkan dan kesepian di dunia mati. Gajah bernama Mali itu dirawat di Kebun Binatang Manila. Gajah itu menderita kanker.
Mengutip dari gibahin.id, BBC melaporkan Senin (4/11/2023), kematian Mali membetot perhatian dunia. Kematian gajah bernama lengkap Vishwa Ma’ali itu diumumkan di Facebook oleh Wali Kota Manila Honey Lacuna. Melalui video, dia menyebut Mali mati pada Selasa (28/11) sore waktu setempat saat berusia 49 tahun.

Mali merupakan magnet bagi pengunjung kebun binatang selama hampir lima dekade. Dia satu-satunya gajah di Filipina. Mali dihadiahkan kepada mantan ibu negara Filipina Imelda Marcos oleh pemerintah Sri Lanka pada 1981. Saat itu, Mali berusia 11 bulan.

Mali sempat memiliki teman. Kebun Binatang Manila memiliki gajah lain, Shiva, yang tiba pada 1977, kemudian mati pada 1990. Sejak itu, Mali jadi satu-satunya gajah di sana.

Selain sendirian, Mali dinilai tidak hidup layak di Kebun Binatang Manila itu. Tempat hidup Mali disebut terlalu sempit. Bahkan, muncul protes, Mali seolah diisolasi.

Salah satu protes itu datang dari Sir Paul McCartney pada 2012 dan mengulanginya setahun kemudian. Pentolan The Beatles itu meminta pihak berwenang memindahkan Mali ke suaka gajah.

Aktivis hak-hak binatang mengkritik kondisi buruk di Kebun Binatang Manila. Mereka menilai penjaga kebun binatang tersebut tidak mempunyai perlengkapan memadai untuk memberi perawatan medis layak kepada Mali. Namun otoritas kebun binatang berpendapat gajah tersebut sebaiknya dipelihara di penangkaran karena tidak mengetahui seperti apa kehidupan di alam liar.

Presiden saat itu Benigno Aquino III, Sir Paul menyebut rekaman Mali yang dia lihat memilukan.

“Saya menulis surat ini untuk menyuarakan pendapat saya kepada banyak pihak yang mendukung pemindahan Mali, gajah kesepian yang saat ini ditahan di Kebun Binatang Manila, ke tempat perlindungan di Thailand sesegera mungkin,” katanya.

Mantan pentolan Smiths, Morrissey, juga menyampaikan permohonan tertulis serupa. Namun Mali tetap berada di Kebun Binatang Manila. Mali menunjukkan kesakitan dengan terus menggesekkan belalai ke dinding. Mali kemudian berbaring miring dan napasnya mulai tidak teratur.

Dokter hewan memberikan antihistamin dan vitamin, tapi gajah Asia itu tidak tertolong. Otopsi menunjukkan Mali menderita kanker di beberapa organ serta penyumbatan di aorta.

“Salah satu gajah paling menyedihkan di dunia telah mati. Beristirahatlah dengan tenang, Mali, kamu berhak mendapatkan lebih,” tulis kelompok pecinta hewan, PETA.

PETA Asia mengatakan Mali, yang hampir berusia 50 tahun, meninggal di kandang beton tandus karena ketidakpedulian dan keserakahan. Tinggal di isolasi adalah penyiksaan bagi gajah betina karena mereka secara alami menghabiskan hidup bersama gajah betina lainnya dan bekerja sama membesarkan bayi.

“Meskipun PETA telah berulang kali memperingatkan, pejabat kebun binatang dan kota mengabaikan masalah yang jelas-jelas menyakitkan Mali dan menghukumnya bertahun-tahun,” demikian bunyi pernyataan PETA Asia.

“Kebun Binatang Manila mengumumkan Mali mengidap kanker yang tak terdeteksi dokter hewan sampai dia meninggal. Karena fakta bahwa tidak ada ahli gajah di negara tersebut, Mali tidak pernah diberikan perawatan dokter hewan rutin,” PETA menambahkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *