Korea Utara (Korut) menembakkan rentetan rudal balistik jarak pendek dari wilayahnya pada Kamis (30/5) pagi waktu setempat. Hal ini menimbulkan berbagai kecaman.
Diketahui, Rudal-rudal Pyongyang itu dilaporkan terjatuh di perairan Laut Timur, atau yang juga disebut sebagai Laut Jepang.
Dilansir AFP, Kamis (30/5/2024), peluncuran itu dilakukan Korut setelah gagal meluncurkan satelit mata-mata kedua mereka ke orbit luar angkasa pada Senin (27/5) waktu setempat. Usai kegagalan itu, pemimpin Korut Kim Jong Un bersumpah untuk tidak berhenti mengembangkan proyek pengintaian luar angkasa.
Aktivitas peluncuran terbaru Korut terdeteksi oleh negara tetangganya, Korea Selatan (Korsel) dan Jepang. Laporan militer Korsel menyebut pihaknya mendeteksi peluncuran apa yang diduga sebagai “10 rudal balistik jarak pendek” dari wilayah Korut, yang ditembakkan ke perairan timur Semenanjung Korea.
Kepala Staf Gabungan Militer Korsel (JCS) menyebut rudal-rudal Pyongyang itu mengudara sejauh 350 kilometer sebelum terjatuh ke lautan.
JCS mengecam peluncuran rudal itu sebagai “provokasi” dan menyatakan pihaknya sedang menganalisis secara spesifik peluncuran Korut itu bersama Amerika Serikat (AS) dan Jepang.
Jepang dalam pernyataan terpisah juga mengonfirmasi aktivitas peluncuran rudal Korut. Otoritas Penjaga Pantai Jepang dan kantor Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida menyatakan Pyongyang diduga telah menembakkan rudal balistik dari wilayahnya.
Kishida, saat berbicara kepada wartawan setempat, menyebut rudal balistik Korut itu “tampaknya terjatuh di luar Zona Ekonomi Eksklusif Jepang”.
Lebih lanjut, Kishida menyatakan bahwa Tokyo “mengecam keras” peluncuran rudal Pyongyang tersebut dan mengungkapkan bahwa mereka telah mengajukan protes kepada Korut.
Peluncuran rudal ini dilakukan setelah Korut gagal menempatkan satelit mata-mata mereka ke orbit luar angkasa, setelah roket yang membawa satelit itu meledak di udara. Tayangan televisi Jepang, NHK, menunjukkan momen sebuah proyektil menyala di langit malam yang kemudian meledak menjadi bola api.
Menempatkan satelit mata-mata ke orbit telah sejak lama menjadi prioritas utama rezim Kim Jong Un, dan negara itu mengklaim berhasil menempatkan satelit mata-mata pertamanya ke luar angkasa pada November tahun lalu.
Dalam pernyataan pada Selasa (28/5) waktu setempat, Kim Jong Un bersumpah bahwa Korut tidak akan pernah menyerah untuk memiliki kemampuan pengintaian luar angkasa setelah mengakui peluncuran satelit mata-mata terbaru berujung kegagalan.
Kim Jong Un menyebut kemampuan pengintaian luar angkasa sangat penting untuk pertahanan nasional terhadap ancaman musuh, terutama AS.