Yaman – Arab masih memanas. Bukan hanya perang di Gaza antara Israel dan Hamas ataupun saling tembak antara Israel dan Hizbullah di Lebanon, kini kekerasan muncul antara Israel dan kelompok Houthi di Yaman.
Sabtu, Israel menyerang pelabuhan Hudaydah (Hodeidah) di negeri itu, tempat penampungan minyak dan sejumlah bahan bakar. Hingga hari ini Selasa (23/7/2024), mengutip AFP, api masih terus menyala di mana tim pemadam setempat terus mencoba memadamkannya.
Meski demikian ada fakta baru terungkap. Mengutip Middle East Monitor (MEMO), Israel ternyata menggunakan wilayah udara Arab Saudi sebelum mengebom Yaman.
“Israel memberi tahu Arab Saudi sebelum serangannya terhadap kota pelabuhan Hudaydah di Yaman pada hari Sabtu, dan Riyadh mengizinkan pesawat tempur pendudukan melewati wilayah udaranya untuk mengebom sasaran Houthi,” muat laman itu mengutip pernyataan Radio Angkatan Darat Israel.
“Koresponden militer stasiun radio tersebut, Doron Kadosh mengatakan pesawat tempur Israel melewati wilayah udara Saudi untuk sebagian besar perjalanan mereka ke Yaman,” tambahnya.
Hal ini juga sebelumnya dilaporkan surat kabar Ibrani Yedioth Ahronoth. Dilaporkan pula selain berkoordinasi dengan Arab Saudi untuk melakukan serangannya ke Yaman, disebut pula bahwa koordinasi tersebut mencakup pengisian bahan bakar di udara dengan pesawat RAM.
“Selain terbang di ketinggian rendah untuk menghindari radar,” muat laman itu.
Meski demikian, juru bicara Kementerian Pertahanan Arab Saudi, Brigadir Jenderal Turki Al-Maliki, membantah keterlibatan negaranya dalam serangan tersebut. Ia mengatakan Arab Saudi tidak memiliki hubungan atau partisipasi dalam menargetkan Hudaydah.
“Kerajaan tidak akan membiarkan wilayah udaranya disusupi. oleh pihak mana pun,” tegasnya.
Sementara itu, dalam laporan yang sama, pemerintah Amerika Serikat dan komando-nya di Timur Tengah dilaporkan juga diberitahu soal operasi Israel itu. Ini terjadi beberapa jam sebelum serangan.
“Namun, AS mengatakan tidak ikut serta dalam serangan,” ujar laporan itu lagi.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi mengatakan setidaknya enam orang tewas dan 83 lainnya terluka dalam serangan udara Israel di Pelabuhan Hudaydah di Yaman barat, akhir pekan itu. Israel mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, dengan mengatakan bahwa itu adalah “tanggapan langsung” terhadap serangan pesawat tak berawak (drome) yang diluncurkan oleh kelompok Houthi di Tel Aviv pada hari Jumat, yang menewaskan seorang warga Israel dan melukai sepuluh lainnya.
Menurut Institut Penelitian Keamanan Nasional Israel di Universitas Tel Aviv serangan terhadap wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman akan memicu reaksi kekerasan dari kelompok bersenjata tersebut. Ini akan mengarah pada “eskalasi yang hampir pasti” di wilayah tersebut.
“Penyelundupan akan terus berlanjut dan bahkan meningkat. Serangan tersebut tidak akan menghalangi atau menghentikan serangan Houthi, namun justru dapat meningkatkan serangan tersebut,” kata lembaga itu dikutip ari Al Jazeera.
Dikatakan bahwa Israel tengah mengirimkan pesan kepada negara-negara Arab yang moderat dan Barat, khususnya AS. Intinya, kebijakan preventif mereka ke perang telah gagal dan “Houthi menjadi sasaran yang lebih kuat”.
“Israel akan kesulitan memobilisasi negara-negara di kawasan untuk melawan Houthi, meskipun beberapa negara, terutama Mesir, lebih terkena dampak serangan mereka terhadap jalur perdagangan internasional Laut Merah dibandingkan Israel,” katanya.
“Negara-negara Arab takut akan reaksi Iran atau proksi mereka, dan ingin menghindari risiko dan melakukan lindung nilai,” tambahnya.