Jakarta – Kelompok Hizbullah mengevakuasi pasukannya di wilayah Lebanon bagian selatan dan timur setelah adanya ancaman pembalasan oleh Israel. Ancaman pembalasan itu berkaitan dengan serangan roket yang menewaskan 12 orang di Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang dikuasai Israel. Pemerintah Israel dan Amerika Serikat menyalahkan Hizbullah atas serangan itu. Namun, kelompok Hizbullah membantah keterlibatan dalam serangan itu.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (29/7/2024), Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bersumpah untuk “menghantam musuh dengan keras” setelah rentetan serangan roket dari Lebanon menewaskan sedikitnya 12 pemuda di area Majdal Shams, yang memicu kekhawatiran semakin meluasnya perang.
Aksi saling serang antara Hizbullah dan Israel semakin meningkat sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu.
Untuk serangan terbaru di Dataran Tinggi Golan, Israel menyalahkan Hizbullah yang dituduhnya telah menembakkan roket Falaq-1 buatan Iran. Namun Hizbullah yang didukung Teheran, yang secara rutin menyerang posisi militer Israel, menegaskan kelompoknya “tidak ada hubungannya” dengan insiden itu.
“Hizbullah telah mengevakuasi beberapa posisi (pasukan) di wilayah selatan dan di lembah Bekaa yang dianggap bisa menjadi target Israel,” tutur seorang sumber, yang dekat dengan Hizbullah, saat berbicara dengan AFP.
Hizbullah memiliki kehadiran yang kuat di lembah Bekaa di Lebanon bagian timur, yang berbatasan dengan Suriah, dan di Lebanon bagian selatan, di mana mereka melancarkan serangan hampir setiap hari terhadap posisi militer Israel sejak Oktober tahun lalu untuk mendukung sekutunya, Hamas.
Serangan lintas perbatasan sebagian besar terbatas pada area perbatasan kedua negara. Namun Israel telah berulang kali menyerang area-area jauh di dalam wilayah Lebanon, termasuk pada malam hari.
Hizbullah juga mengerahkan pasukannya ke Suriah, untuk mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad yang selama bertahun-tahun menghadapi perang sipil.
Kelompok pemantau perang, Syrian Observatory for Human Rights, melaporkan bahwa kelompok-kelompok pro-Iran dan para petempur yang berafiliasi dengan Hizbullah telah “mengevakuasi posisi mereka” di selatan ibu kota dan di area pedesaan Damaskus.
Evakuasi pasukan juga dilakukan oleh Hizbullah di beberapa area Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Suriah, untuk mengantisipasi “potensi serangan udara Israel”.
Menurut kelompok pemantau perang Suriah, Syrian Observatory yang mengandalkan jaringan sumber di Suriah, kelompok Hizbullah telah meninggalkan posisinya di Suriah sejak awal Juni lalu setelah serangan Israel.
Sejak perang sipil meletus tahun 2011 lalu, Israel telah melancarkan ratusan serangan di berbagai wilayah Suriah, terutama menargetkan posisi pasukan dan petempur yang didukung Iran, termasuk Hizbullah. Serangan-serangan militer Israel juga dimaksudkan untuk memutus jalur pasokan Hizbullah ke Lebanon.