Beirut – Peningkatan ketegangan kembali terjadi di Arab. Selasa, Israel dilaporkan menyerang benteng Hizbullah di Beirut Selatan dan menewaskan komandan senior kelompok itu.
Mengutip AFP, militer Israel mengatakan hal itu adalah balasan atas tembakan roket dari Lebanon yang menewaskan 12 orang- anak dan remaja- di Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel sejak 1960-an dari Suriah, Sabtu. Meski Hizbullah mengaku tak bertanggung jawab atas serangan, Israel dan Ameria Serikat (AS) menunjuk kelompok itu sebagai pelaku.
“IDF (angkatan bersenjata Israel) melakukan serangan terarah di Beirut terhadap komandan yang bertanggung jawab atas pembunuhan anak-anak di Majdal Shams dan pembunuhan sejumlah warga sipil Israel lainnya,” kata militer dalam sebuah pernyataan, dilansir Rabu (31/7/2024).
“Jet tempur angkatan udara Israel menghabisi komandan militer paling senior organisasi teroris Hizbullah dan kepala unit strategisnya, Fuad Shukr, di wilayah Beirut,” tambah IDF lagi.
Kementerian kesehatan Lebanon mengatakan pada hari Rabu bahwa tiga orang, termasuk dua anak-anak, tewas dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut. Disebutkan pula sebanyak 74 orang terluka.
“Jumlah korban yang belum final dari agresi Israel di pinggiran selatan Beirut,” kata lembaga itu.
“Ada tiga martir, termasuk seorang wanita, seorang gadis dan seorang anak laki-laki … sementara pencarian orang hilang di bawah reruntuhan terus berlanjut,” tegasnya.
Menurut seorang sumber dekat Hizbullah Surk memang bertanggung jawab atas komando operasi militer di Lebanon selatan. Ia telah menggantikan komandan utama Hizbullah Imad Mughniyeh yang tewas dalam pengeboman mobil di Damaskus tahun 2008 di mana Israel diklaim bertanggung jawab.
AS sendiri telah membanderol harga kepala Sukr sebesar US$ 5 juta. Ia digambarkan sebagai “penasihat senior” bagi pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah yang memainkan “peran utama” dalam pengeboman mematikan tahun 1983 di barak Korps Marinir AS di Beirut.
Saat kejadian terjadi, seorang fotografer AFP di lokasi kejadian melihat sebuah gedung delapan lantai yang sebagian runtuh akibat serangan itu, sementara ambulans berjuang melewati kerumunan dan petugas penyelamat menyisir reruntuhan gedung untuk mencari korban selamat.
Sementara itu, beberapa menit setelah ledakan mengguncang Beirut, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengunggah di situs media sosial X. Ia menulis “Hizbullah melewati batas merah”.
Sekretaris Pers Gedung Putih AS Karine Jean-Pierre mengatakan terserah Israel “untuk berbicara atas nama operasi militer mereka sendiri”. “Kami tidak percaya bahwa perang habis-habisan tidak dapat dihindari,” katanya.
Iran, negara yang dekat dengan Hizbullah, mengecam keras serangan itu. Sementara kementerian luar negeri Rusia mengatakan serangan Israel itu merupakan “pelanggaran berat terhadap hukum internasional”.
Setidaknya 531 orang, sebagian besar dari mereka adalah pejuang Hizbullah, tewas di wilayah Lebanon dalam tembakan roket lintas batas yang hampir terjadi setiap hari. Setidaknya 22 tentara dan 25 warga sipil tewas di wilayah Israel, termasuk di Dataran Tinggi Golan.
Menentang Tanggapan Israel
Di sisi lain komunitas Druze di Masjdal Shams, yang menjadi korban roker, “menentang segala tanggapan Israel” ke Lebanon. Ini ditegaskan paramedis Nabih Abu Saleh, seorang warga.
“Siapa yang akan kita serang? Rakyat kita di Suriah dan Lebanon?,” katanya.
Diketahui, puluhan warga berdemonstrasi menentang kunjungan Netanyahu ke Majdal Shams pada hari Senin. Penduduk Druze di Majdal Shams, sebagian besar menolak kewarganegaraan Israel dan mengidentifikasi diri sebagai warga Suriah, menentang ancaman pembalasan atas serangan mematikan yang terjadi Sabtu.