Jakarta – Sejumlah milisi di sejumlah negara Timur Tengah sekutu Iran sedang bersiap menyerang Israel untuk membalas kematian pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh.
Kelompok bersenjata ini dikenal dengan sebutan “Poros Perlawanan” yang diyakini kerap mendapatkan sokongan senjata hingga dana dari Iran.
Haniyeh tewas dibunuh di tempatnya menginap di Teheran pada Rabu (31/7) dini hari saat berkunjung ke Iran untuk menghadiri pelantikan Presiden baru Masoud Pezeshkian. Beberapa jam sebelum pembunuhan Haniyeh, komandan tertinggi Hizbullah Lebanon Fuad Shukr juga tewas imbas serangan Zionis di Beirut pada Selasa (30/7).
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah bersumpah bakal membalas Israel, yang dituding sebagai dalang atas pembunuhan Haniyeh. Khamenei bahkan disebut telah memerintahkan Iran menyerang langsung Negeri Zionis.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah juga menyuarakan kemarahan serupa atas meninggalnya Haniyeh serta Fuad Shukr. Dalam pidatonya di pemakaman Shukr pada Kamis (1/8), Nasrallah menegaskan “perang telah terbuka di seluruh front.”
Siapa saja Poros Perlawanan ini?
1. Hizbullah Lebanon
Kelompok milisi di Lebanon, Hizbullah, merupakan anggota Poros Perlawanan yang paling kuat. Kelompok ini telah intens menyerang Israel sejak agresi di Gaza dimulai Oktober 2023 lalu.
Serangan di ibu kota Beirut pada Selasa yang menewaskan Fuad Shukr telah memicu kekhawatiran besar dunia. Sejumlah negara mulai dari Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, hingga Indonesia sampai meminta warga negara masing-masing segera pergi meninggalkan Lebanon sebelum konflik semakin membara.
Hizbullah didirikan ketika perang sipil Lebanon pada 1975-1990. Mereka tepatnya berdiri setelah invasi Israel ke Beirut pada 1982.
Kelompok ini dibentuk atas prakarsa Korps Garda Revolusi Iran (IRGC). Hingga tahun 2000, Hizbullah memerangi pasukan Israel yang menduduki Lebanon selatan.
Hizbullah merupakan satu-satunya faksi yang mempertahankan senjatanya meski perang saudara telah berakhir. Kelompok milisi ini dianggap sebagai pemilik persenjataan yang jauh lebih besar dibandingkan tentara Lebanon.
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, berulang kali pamer bahwa persenjataan kelompoknya begitu canggih hingga mampu menyerang jauh ke dalam Israel.
2. Hamas Palestina
Kelompok milisi di Jalur Gaza Palestina, Hamas, juga merupakan salah satu anggota Poros Perlawanan.
Hamas didirikan pada 1987 dari gerakan Ikhwanul Muslimin. Pembentukan Hamas terjadi setelah peristiwa Intifada Pertama.
Sejak 2007, Hamas menguasai dan memerintah Jalur Gaza, terpisah dari pemerintahan Otoritas Palestina.
Tokoh-tokoh politik dan komandan militer Hamas pun selalu ditargetkan Zionis hingga akhirnya mendorong mereka berbasis di luar negeri seperti di Suriah, Lebanon, Qatar, dan Turki.
Dalam beberapa tahun terakhir, Hamas meningkatkan hubungannya dengan Iran dan secara bertahap menjadi anggota kunci Poros Perlawanan.
Hamas memiliki sayap militer yang dikenal sebagai Brigade Al Qassam. Pemimpin brigade ini juga selalu ditargetkan Israel. Pada Kamis (1/8), Israel mengklaim telah membunuh Mohammed Deif, kepala Brigade Al Qassam, dalam serangan pada 13 Juli di al Mawasi.
3. Jihad Islam Palestina
Selain Hamas, Jihad Islam Palestina juga termasuk ke dalam proksi Iran.
Faksi kecil ini didirikan pada 1981 dan diyakini menerima dukungan intelijen hingga dana mencapai puluhan juta dolar per tahun dari Iran. Kelompok ini memiliki kantor pusat di luar negeri yakni di Beirut, Lebanon, dan Damaskus, Suriah.
Jihad Islam merupakan salah satu sekutu Hamas dan telah buka-bukaan membantu kelompok itu menggempur Israel pada 7 Oktober lalu hingga peperangan berlangsung sampai hari ini.
Didirikan sekitar akhir 1970 oleh Fathi Shiqaqi dan Abdel-Aziz Odeh, Jihad Islam terus meraup dukungan di antara loyalis dan pendukung mantan Presiden Palestina Yasser Arafat.
Sejak berdiri sebagai organisasi, Jihad Islam bersumpah bakal menghanurkan Israel dan menggantinya dengan negara Islam Palestina saat masih di bawah mandat koloni Inggris pada 1948.
ihad Islam memiliki jaringan bersenjata terbesar kedua di Gaza setelah Hamas. Angka terkini mengenai kekuatan Jihad Islam sulit didapat. Namun, menurut CIA’s World Factbook, Jihad Islam memiliki sekitar 1.000 hingga beberapa ribu milisi per 2021.
Kelompok ini juga memiliki persenjataan yang signifikan berupa roket, mortir, dan rudal anti-tank.
Berbeda dengan Hamas, Jihad Islam tidak ikut serta dalam pemilihan parlemen Palestina dan tampaknya tidak memiliki ambisi untuk membentuk pemerintahan di Gaza atau Tepi Barat.
Jihad Islam ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Israel, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa.
4. Kelompok perlawanan Irak
Beberapa kelompok Muslim Syiah di Irak juga bersekutu dengan Iran. Mereka utamanya memusuhi Amerika Serikat, yang masih mempertahankan pasukan di Irak sejak invasi AS pada 2003.
Milisi-milisi ini menuntut agar 2.500 tentara AS di Irak segera angkat kaki dari negara tersebut.
Kelompok-kelompok yang membentuk aliansi dengan nama Perlawanan Islam Irak ini telah menyatakan dukungan terhadap Palestina beberapa bulan sejak agresi di Gaza pecah. Mereka mengklaim telah menargetkan Israel dengan drone-drone dan roket.
Kelompok-kelompok utama aliansi ini adalah Kataeb Hizbullah, Al-Nujaba, dan Brigade Sayyed al-Shuhada.
Mereka turut berafiliasi dengan kelompok Hashed al-Shaabi, terutama dengan mantan paramiliter yang sekarang terintegrasi ke dalam angkatan bersenjata Irak.
5. Houthi Yaman
Sama seperti Hizbullah, kelompok milisi di Yaman, Houthi, juga telah melancarkan serangan intens sejak agresi di Gaza meletus.
Serangan itu dilancarkan terhadap pelayaran-pelayaran komersial di Teluk, yang diklaim berafiliasi dengan Israel.
Houthi juga kerap menargetkan Israel, terkadang dalam operasi gabungan dengan aliansi Irak.
Houthi didirikan pada 1990-an dengan tujuan memerangi dugaan marginalisasi komunitas Zaidi, cabang Islam Syiah di negara mayoritas Sunni tersebut.
Pada 2014, Houthi akhirnya menguasai ibu kota Sanaa dan sebagian besar Yaman, kondisi yang mendorong Arab Saudi membentuk koalisi multi-nasional guna mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional.
Suriah
Selain milisi di Timur Tengah, pemerintah Suriah yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad juga merupakan bagian dari Poros Perlawanan.
Di bawah Assad, Suriah selama beberapa dekade telah menjadi sekutu dekat Iran. Pasukan yang didukung Iran telah dikerahkan di sebagian besar wilayah Suriah lebih dari 10 tahun lalu untuk membantu Assad menyudahi perang saudara di negara tersebut.
Meski Suriah anggota Poros Perlawanan, negara ini belum memainkan perang langsung dalam konflik di Gaza.
Kendati begitu, wilayah Suriah sudah menjadi arena perang. Salah satunya ketika serangan udara Israel menghantam Kedutaan Besar Iran di Suriah pada April lalu, yang menewaskan sejumlah anggota Korps Garda Revolusi Iran termasuk dua jenderal.
Berbagai serangan di Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang sebagian diduduki Israel, juga telah menjadi arena konflik. Serangan roket di Golan pada 27 Juli diklaim Israel sebagai ulah Hizbullah.
Israel menjadikan serangan yang menewaskan 12 orang tersebut sebagai dalih untuk menyerang ibu kota Beirut, Lebanon pada Selasa (30/7).