Jakarta – Paus Fransiskus mengunjungi Vanimo, salah satu kota paling terpencil di dunia, dalam kunjungannya di Papua Nugini. Di sana, dia membagikan pasokan kebutuhan medis dan bantuan lainnya.
Paus Fransiskus melakukan perjalanan sejauh 1.000 km dengan pesawat kargo C-130 yang disediakan oleh Angkatan Udara Kerajaan Australia. Paus Fransiskus tiba dengan rombongan kecil di Vanimo, sebuah kota kecil berpenduduk sekitar 12.000 orang di sudut barat laut pulau utama Papua Nugini. Di desa ini, listrik adalah barang langka.
Juru Bicara Vatikan Matteo Bruni mengatakan rombongan Paus Fransiskus membawa ratusan kilogram barang untuk membantu penduduk setempat.
“Barang-barang itu termasuk berbagai obat-obatan dan pakaian, serta mainan dan alat musik untuk anak-anak sekolah,” kata Bruni mengutip Reuters, Minggu (8/9/2024).
Paus mengunjungi Papua Nugini sebagai bagian dari lawatan ambisiusnya selama 12 hari ke empat negara di Asia Tenggara dan Oseania, lawatan terpanjang dalam 11 tahun masa kepemimpinannya.
Ia datang ke Vanimo atas undangan para misionaris setempat dari Institut Katolik Inkarnate Word.
“Kalian melakukan sesuatu yang indah, dan penting bagi kalian untuk tidak ditinggalkan sendirian,” kata Fransiskus kepada khalayak yang diperkirakan Vatikan berjumlah 20.000 orang, terdiri dari para misionaris dan umat Katolik dari Vanimo.
“Anda tinggal di tanah yang luar biasa, yang kaya akan berbagai macam tanaman dan burung. Keindahan lanskapnya sepadan dengan keindahan masyarakat tempat orang-orang saling mencintai,” kata Paus.
Sebagai negara luas yang terdiri atas pegunungan, hutan, dan sungai, Papua Nugini merupakan rumah bagi lebih dari 800 bahasa dan ratusan suku, termasuk puluhan masyarakat yang tinggal di huta terpencil.
Sebelum menuju Vanimo, Paus Fransiskus memimpin Misa pada Minggu bersama sekitar 35.000 umat Katolik di sebuah tempat olahraga di Port Moresby, ibu kota Papua Nugini. Dalam acara keagamaan tersebut, Paus mengatakan kepada penduduk setempat bahwa meskipun mereka mungkin berpikir bahwa mereka tinggal di “tanah yang jauh dan terpencil”, Tuhan dekat dengan mereka.