Beirut – Kelompok Hizbullah mengungkapkan satu lagi nama komandan seniornya yang tewas dalam serangan udara Israel yang menghantam pinggiran selatan Beirut, Lebanon. Dengan tambahan kematian itu, maka total sedikitnya 15 orang tewas akibat gempuran Tel Aviv, termasuk dua komandan senior Hizbullah.
Serangan udara Israel itu menghantam bangunan di area Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut, yang diketahui menjadi markas kuat Hizbullah. Selain menewaskan belasan orang, gempuran Tel Aviv itu juga melukai 66 orang lainnya.
Dalam pernyataan terbaru, seperti dilansir AFP, Sabtu (21/9/2024), Hizbullah mengidentifikasi komandan kedua yang tewas sebagai Ahmed Mahmud Wahbi.
Disebutkan oleh Hizbullah, yang didukung Iran, bahwa Wahbi memimpin operasi militer pasukan elite Radwan dalam mendukung kelompok Hamas antara tanggal 7 Oktober tahun lalu, ketika militan Gaza itu menyerang Israel bagian selatan, hingga awal tahun ini.
Kelompok Hizbullah sebelumnya mengonfirmasi seorang komandan seniornya yang bernama Ibrahim Aqil terbunuh di area Dahiyeh dalam apa yang disebut sebagai “pembunuhan yang berbahaya oleh Israel”.
Aqil disebut menjabat sebagai komandan unit elite Radwan, dan merupakan anggota badan militer tertinggi Hizbullah, Dewan Jihad. Dia menjadi anggota kedua Dewan Jihad yang terbunuh dalam serangan Israel, setelah Fuad Shukr yang tewas dalam serangan Tel Aviv pada Juli lalu.
Sumber yang dekat dengan Hizbullah menyebut Aqil sedang menghadiri “rapat dengan para komandan” senior Hizbullah ketika dia terbunuh. Hizbullah memujinya sebagai “salah satu pemimpin besar mereka”.
Sementara militer Israel, dalam pernyataannya, mengatakan pasukannya melancarkan “serangan yang ditargetkan” terhadap Aqil, yang diklaim juga menewaskan 10 komandan senior Radwan lainnya.
Tel Aviv, seperti dilansir Reuters, menyebut Aqil telah menjadi kepala operasional Hizbullah sejak tahun 2004, dan menuduhnya sedang merencanakan serangan penyerbuan ke wilayah Israel bagian utara, yang terletak dekat dengan perbatasan Lebanon.
Rencana serangan itu, menurut militer Israel, serupa dengan serangan yang dilancarkan kelompok Hamas, sekutu Hizbullah, terhadap wilayah Israel bagian selatan pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza.
“Komandan Hizbullah yang kita singkirkan hari ini telah merencanakan (serangan) ‘7 Oktober’ di perbatasan utara selama bertahun-tahun,” ucap panglima militer Israel, Jenderal Herzi Halevi, dalam pernyataannya.
“Kita telah menjangkau mereka, dan kita akan menjangkau siapa pun yang mengancam keamanan warga Israel,” tegasnya.
Serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober tahun lalu menewaskan sekitar 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera. Sedangkan rentetan serangan militer Tel Aviv terhadap Jalur Gaza dilaporkan telah menewaskan lebih dari 41.000 orang.